Standar Nasional Indonesia
SNI 19-6878-2002: Metode Uji Tingkat Kebisingan Jalan L10 dan Leg
Dewasa ini kondisi lalu lintas di perkotaan sudah sedemikian padatnya sehingga dampak lingkungan yang terasa seperti kebisingan terus meningkat. Kebisingan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis hidup manusia sehari-hari, mulai darah, sakit kepala, konsentrasi terganggu, stress bahkan tuli permanen.
Ketetapan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan permukiman adalah 55 desibel, dapat dibandingkan dengan kondisi kebisingan lalu lintas hasil studi Pustek Prasaja tahun 1996-1999 yang rata-ratanya lebih dari 75 desibel.
Adanya jaringan jalan sebagai prasarana transportasi yang sangat menunjang kegiatan pembangunan ekonomi telah terbukti cukup efektif. Akan tetapi kita sadari bahwa pembangunan fisik prasarana jalan telah menimbulkan juga dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif yang terjadi dapat berpengaruh baik secara fisik maupun psikologis terhadap daerah pemukiman di sepanjang ruas jalan tersebut. Dampak fisik dapat berupa gangguan pencemaran udara dan kebisingan, dampak psikologis adalah timbulnya keenderungan gangguan emosi akibat mengalami tingkat kebisingan secara
terus menerus dalam waktu yang lama. Dampak fisik juga dapat mempengaruhi kesehatan seperti bergesernya ambang pendengaran manusia baik secara temporer maupun permanen, dan lebih lanjut gangguan ini bisa menimbulkan ketulian. Dampak fisik lainnya dapat ditinjau dari segi kenyamanan lingkungan seperti sulit tidur atau terganggunya percakapan shingga untuk dape: lancar berbicara diperlukan suara lebih keras atau setengah berteriak.
0000000570 | R 658.4013 BAD s | Library Pusperkim (Folder 19) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain